Friday, March 12, 2010

satu puisi anggun dari pembikin yg tersohor..aku hanya menempatkan ia
dalam blog yg tak selayaknya ini..

puisi Rendra

Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,

kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,

Seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika :
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan
Nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah...
"ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"


(WS Rendra).

3 comments:

  1. hebatnya puisi ni..setiap bait kata2nya sgt2 memberi makna yg dalam..betapa kuasa menulis sgt besar sbenarnya dlm mendidik hati

    ReplyDelete
  2. begitulah yg sepatutnya buat rendra..walau tak pernah tahu rendra tu sapa sebenarnya..? hanya baca dlm internet..huaahuaa..

    ReplyDelete
  3. ohh, dah meninggal rupanya rendra ni..terkenal dgn jolokan "burung merak"?xpaham..huhu..
    baca diinternet jugak ni, hehe..

    ReplyDelete